Sumbawa Jajaki Pembiayaan Inovatif dengan FAO: Integrasi Kehutanan, Peternakan, dan Pertanian Jadi Kunci Pembangunan Berkelanjutan

Sumbawa Jajaki Pembiayaan Inovatif dengan FAO: Integrasi Kehutanan, Peternakan, dan Pertanian Jadi Kunci Pembangunan Berkelanjutan
Jakarta, Amarmedia.co.id – Pemerintah Kabupaten Sumbawa diwakili oleh Bupati Ir H. Syarafuddin Jarot MP dan Kepala Dinas Pertanian Ir Ni Wayan Rusmawati M.Si, melakukan diskusi strategis di Jakarta pada Kamis malam 12 Juni 2025 dengan perwakilan Food and Agriculture Organization (FAO) Kantor Jakarta, Wayan Tambun dan Julmansyah S.Hut MAP menjabat sebagai Direktur Penanganan Konflik Tenurial dan Hutan Adat (PKTHA) di Direktorat Jenderal Kehutanan Sosial, Kementerian Kehutanan RI. Pertemuan yang digelar dengan santai ini berfokus pada eksplorasi sumber pembiayaan non-APBD/APBN serta gagasan inovatif untuk pembangunan berkelanjutan di Sumbawa.
Diskusi tersebut merupakan tindak lanjut dari pernyataan Julmansyah pada Musrenbang RPJMD Sumbawa pada Selasa, 10 Juni lalu. bahwa kita mesti mencari sumber pembiayaan non APBD / APBN sebagai alternatif pembiayaan pembangunan daerah.
Dalam kesempatan itu, Bupati menekankan pentingnya kreativitas dalam mencari alternatif pembiayaan pembangunan daerah di tengah keterbatasan ruang fiskal dan kewajiban negara membayar utang jatuh tempo.
"Kita mesti kreatif mencari sumber pembiayaan non-APBD/APBN sebagai alternatif pembiayaan pembangunan daerah, di saat ruang fiskal daerah kecil sementara negara harus membayar utang yang akan jatuh tempo—maka semua efisiensi," ujar Bupati Syarafuddin Jarot.
Sebelumnya pagi tadi, Bupati Sumbawa telah menyerahkan proposal usulan bantuan alat dan mesin pertanian (ALSINTAN) kepada Kementerian Pertanian RI. Langkah tersebut sebagai bentuk komitmen Pemda Sumbawa dalam meningkatkan produktivitas petani Sumbawa dan menindaklanjuti arahan Bapak Presiden pasca panen raya.
Dengan latar belakang tersebut, pertemuan dengan FAO membahas ide-ide segar untuk Sumbawa ke depan. Dikatakan Julmansyah, gagasan sentral yang muncul adalah mengintegrasikan Kehutanan (khususnya Perhutanan Sosial) dengan Peternakan dan Pertanian, atau yang dikenal dengan konsep silvoagropastoral. Konsep ini dinilai sangat cocok dengan kearifan lokal dan warisan nenek moyang masyarakat Sumbawa, yang tercermin dalam filosofi balong ai kayu, mole pade antap dan telas kebo jaran.
Diskusi ini menekankan pentingnya gagasan inovatif dan terobosan dalam menghadapi tantangan perubahan iklim, sekaligus bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan melestarikan lingkungan.
Diharapkan, kolaborasi dengan FAO ini akan membuka jalan bagi implementasi program-program yang tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga menjaga keberlanjutan ekologi di Sumbawa.(AM)
What's Your Reaction?






